Naruto belongs to Masashi Kishimoto – sensei
Warning : OOC, AU, all of Hinata POV, sekuel Little Mistake
Main Pair : NaruHina slight ?Hina
Sumarry :
Beberapa tahun setelah pertengkarannya dengan
Naruto, Hinata menetapkan hatinya untuk satu orang. Siapakah orang itu? Naruto
kah? Atau mungkin seseorang yang datang dari masa lalu?
@@@
“Hinata…”
Senyumanku mengembang. Tak pernah kusangka,
aku akan berakhir di tempat suci ini. Tepat didepan altar, memandangi paras
pria yang akan menjadi pendampingku hingga maut menjemput. Ya, itu ikrarku.
Terngiang kembali kejadian dimasa lampau.
Kejadian menjadi awal segalanya.
Flashback
Sepanjang jalan, tak ada yang berani
menatapku. Mungkin kata ‘menakutkan’ akan menjadi nama tengahku mulai dari
sekarang. Apa? Kesepian? Tenang saja aku sudah biasa. Lagipula, aku punya
teman-teman yang setia dan dapat membuatku tenang.
“HINA-CHAN!!” ralat. Mereka tak bisa membuatku
tenang.
Seperti hari-hari sebelumnya, hari ini pelukan
Sakura sangat kuat. Ku ingatkan, jangan pernah remehkan kekuatan gadis yang
satu ini atau kau akan remuk seperti kaleng malang yang terinjak truk!
“Sa, Sakura-chan tolong lepaskan…”
“Tidak mau! Aku rindu padamu… kau juga yang
salah, kenapa kau harus terbang kembali ke Suna waktu liburan? Kan jadi tidak
ada yang menemaniku di sini…” aku mendenggus. Well, sepertinya Sakura bukan
menyinggungku, melainkan seorang pemuda di sampingku.
Helaan nafas berat yang terdengar berasal dari
sampingku dan penampakan mata emerald yang berkilat-kilat sudah jadi pertenda
bahwa aku, Hyuuga Hinata, harus menyingkir dari medan perang secepatnya.
“Apa kau menyinggungku?” Neji mulai bersuara.
Efeknya membuatku menyesal. Seharusnya aku menyingkir ‘sekarang’ bukan
‘secepatnya’. Kenapa? Karena pelukan Sakura mengencang. Tak diragukan lagi, aku
harus menjadi audience.
Senyuman ah bukan. Seringai mengembang di
paras cantik milik Sakura. Oh ohw… danger!!!
“Apakah terdengar begitu, Neji-senpai ” huuh~ and war begin…
“Astaga Sakura! Kalau bisa, aku akan tetap di
sini menemanimu. Tapi kau tau sendiri paman Hiashi seperti apa. Hina-chan harus
dikawal. Kalau tidak ayahnya akan mengomeliku habis-habisan.” memang benar, saking
protektifnya dia menyebarkan kalau aku ini anggota yakuza dan telah membantai
banyak kelompok berandalan. Dan kau tau apa yang lucu? Ketua OSIS kita yang
paling rajin, tak lain tak bukan adalah sepupuku, Hyuuga Neji, dialah yang
yakuza –penerus ayah- bukan aku!
Sakura memalingkan wajah tak senang. “Tapikan
aku bisa menemanimu ke sana. Bahkan paman Hiashi dan paman Hizashi sudah
mengijinkan.”
“Bukannya kau punya pelatihan bersama nona
Tsunade? Kau tak boleh melalaikan pelatihanmu cuma untuk menemaniku.” kali ini
senyuman tipis Nampak di wajah datar sepupuku yang satu ini. Merasa dirinya di atas angin.
Sekedar info, Sakura sudah memulai pelatihannya untuk menjadi dokter dengan
magang di rumah sakit nona Tsunade. Yah, ini juga karena nona Tsunade melihat
bakat Sakura dibidang itu.
Nona Tsunade ya…
Sial, gara-gara itu aku kembali mengingat
Naruto. Naruto merupakan cucu dari dokter awet muda itu. Sialnya sepanjang
liburan namanya seakan enggan keluar dari kepalaku. Aku tahu, harusnya aku
tidak memikirkan cowok itu lagi. Bukannya aku yang menyuruhnya berfikir ulang?
Tiba-tiba hawa mengerikan menyadarkanku dari lamunan.
Sadar kalau pelukan Sakura telah lepas, aku langsung menatap kedua sejoli itu. Kali
ini aku yakin seratus persen melihat kilat kemarahan di balik kedua mata
Sakura.
“Dasar BODOH!! Kau pikir aku tidak tau kalau
kau yang menghasut nona Tsunade untuk memberikanku pelatihan? Apa kau pikir aku
bodoh dengan begitu saja langsung menawarkan ikut denganmu tanpa mengecek
kewajibanku?” kali ini Sakura nampak menahan sesuatu. Raut wajah itu… Gawat,
sepertinya aku tau apa yang ditahannya.
“Aku tau kalau sebenarnya nona Tsunade mau
memberiku libur liburan lalu. Dan coba tebak? Tiba-tiba dia membatalkannya! Dan
mere-” tiba-tiba Sakura terdiam.
“Mere-”
“Maaf aku pulang dulu.” Sakura langsung
berlari pergi. Meninggalkan Neji yang nampak khawatir,meskipun kau harus
mengenalnya selama aku untuk melihat ekspresi itu.
Tiba-tiba dia mengalihkan pandangannya padaku.
“Kau, jelaskan!” dan aku tau ini akan mengarah ke cerita-cerita telenovela.
@@@
Bruk…
Nyamannya tempat tidur~.
Eits, jangan marah. Tenang saja, Neji dan
Sakura sudah berbaikkan. Bahkan Sakura menghadiahkan Neji pelukan hangat yang
dapat membuat wajah datar neji memerah.
Sebenarnya kisah cinta mereka jika dilihat
dari sisi Sakura sangat… apa ya, Sinetronis? Telenovelis? Terserahlah kau mau
sebut apa. Sedangkan untuk Neji, kau bisa melihat kisah cinta yang
kekanak-kanakan.
Mungkin kita lihat dulu dari segi Sakura…
Sakura dan Neji ditunangkan oleh orang tua
masing-masing. Lalu, dengan amat senang, Sakura menerimanya. Dia memang sejak
dulu menyukai Neji, dank arena dia cewek yang ehem… agresif, jika saja tidak
diberitau kalau dia sudah ditunangkan mungkin dia akan menembak Neji di depan
seluru sekolah.
Dan kala itu, rasa-rasanya Sakura jadi seperti
seorang putri. Senyumnya, perkataannya, tingkah lakunya, semuanya seakan
menggambarkan kegembiraan tiada henti. Menurutku, itu menakutkan. Bayangkan
seorang wanita galak, tiba-tiba menjadi lemah-lembut dalam satu malam. Tidak
ada pelukan bertenaga super, tak ada bentakan, tak ada ancaman –yang sering
ditunjukan untuk anggota klub karate-, dan kesimpulannya teman-temannya justru
menjadi lebih ketakutan.
Sayangnya-dan untungnya-, ini hanya berlaku
untuk satu malam. Semenjak Sakura tau kalau persetujuan Neji dikarenakan teman
Neji, Shikamaru, member saran untuk menerima saja Sakura. Supaya para fans
girlnya berhenti mengejar-ngejar Neji.
Akhirnya Sakura keluar dari masa-masa lovely
doveynya. Dia berubah menjadi was-was dengan hubungannya dengan Neji. Dan
puncaknya, ketika sewaktu ditinggal Neji saat liburan dia didatangi
segerombolan gadis membicarakan prihal penolakan Neji sewaktu Sakura meminta
ikut ke Suna. Banyak orang menduga kalau Neji menolaknya karena sebenarnya dia
tidak menyukai Sakura. Lalu meminta Sakura menjauhi Neji, dan mengancam akan
terus meneror Sakura jika tetap bersama Neji.
Apa yang terjadi berikutnya? Para gadis ababil
itu masuk rumah sakit. Bodohnya mereka, apa mereka tak tau Sakura kapten tim
karate?
Oke-oke, tak perlu buru-buru. Kita lihat dulu
kisah cinta NejiSaku dari sudut pandang Neji…
Tak perlu panjang lebar, sebenarnya Neji itu
orang yang pemalu –dan sepertinya itu adalah gen keturuna Hyuuga- dan tak
pernah merasakan manis pahitnya cinta. Benar! Dia tak pernah pacaran.
Sakura merupakan pacar pertamanya. Dan
keputusannya untuk menerima Sakura, sebenarnya murni karena dia menyukai
Sakura. Saat itu dia cuma bertanya pada Shikamaru tentang arti perasaannya.
Kenapa? Oh, kau mau bertanya kenapa dia
melarang Sakura ikut bersamanya? Sebenarnya jawabannya klise. Dia malu. Seperti
anak kecil lainnya, dia malu kalau digoda tentang hubungannya dengan Sakura.
Berhubung adikku, Hanabi, amat sangat jahil, dia tidak mau membawa Sakura.
Alasan yang bodoh bukan? Benar-benar tipikal anak kecil.
Setelah mendengar penjelasanku, hah~ tepat
lagi. Kau pandai menebak. Aku yang menjelaskan dan Neji hamper pingsan karena
malu didepan Sakura. Wanita normal lain akan marah jika pasangannya malu
bersamanya bukan? Untungnya bagi Neji, Sakura bukan wanita biasa. Dia amat
senang mengetahui kebenaran tentang neji dan berkata bahwa itu sangat manis.
Dan akhirnya?
Aku ditinggal sendiri di kamar sedangkan
mereka pergi berkencan. Tak apalah, aku memang sudah lelah dan ngantuk.
Mudah-mudahan besok lebih baik.
@@@
Konoha…
Udara pagi di Konoha memang lebih segar dari
kotaku, Suna. Kicauan burung seakan pertanda hari ceria sudah menungguku.
Naruto memang cocok tinggal di tempat seperti ini. Ups… kenapa aku harus selalu
teringat dengan dia!
Sudahlah! Aku harus siap-siap ke sekolah.
@@@
“Hina-chan…”
Hah… panggilan itu selalu kau berikan padaku
Naruto. Kenapa sekarang kau bahkan tidak menatapku? Apakah kau sebenarnya tidak
menyukaiku?
“HINA-CHAN!”
Duak!
“Bodoh, jangan berteriak ditelingaku.” kataku
sebal. Siapa? Sakura? Bukan. Dia adalah sahabatku yang lain, Kiba. Ternyata sehabis
liburan panjang selesai, dia ikut pindah ke Konoha.
Cengiran menghiasi wajah Kiba. Sekarang aku
mulai membenci diriku. Kenapa segala hal harus mengingatkanku pada Naruto?
“Ke lapangan yuk.” ajak Kiba. Ini membuatku
heran. Jarang-jarang Kiba mau ke lapangan yang pasti akan ramai dan menyesakan.
Apakah kantin tidak menarik lagi?
Saatku tanya kenapa, Kiba hanya bilang kalau
banyak orang berkumpul di sana. Bodohnya, setelah tiba di sana aku baru sadar
kalau Naruto sedang bermain basket hari ini. Pertandingan terakhirnya sebelum
meninggalkan sekolah ini. Ingat bukan? Ini merupakan tahun terakhirnya.
Anehnya, sepertinya kami terlambat. Lalu untuk
apa Kiba mengajakku kemari?
“Cepat!” dengan satu intruksi, Kiba langsung menarikku ke tengah
lapangan. Kejadian berikutnya membuatku ingin menyelam ke dasar bumi terbawah, berenang
bersama paus pemangsa, menuju inti bumi paling panas. Err… atau setidaknya ke
tempat yang tidak ada seorangpun yang mengenalku.
“Hyuuga Hinata. Maukah kau jadi pacarku?”
tepat. Dia menembakku di depan murid, guru, argh… pokoknya didepan banyak orang!
Entah takdir atau bukan, kejadian itu terlihat
oleh Naruto. Oh.. apakah pengelihatanku kabur? Naruto menghampiri kami!
“Hinata!” kini aku berada diantara Kiba dan
Naruto. Oh my, kenapa aku harus berada di posisi ini?
“Aku, Naruto Uzumaki, telah yakin dengan
perasaanku.” tatapan apa itu? Mungkinkah Naruto melempar deathglare ke arah
Kiba? “Bahwa aku mencintaimu. Maukah kau jadi pendampingku?”
Pada akhirnya, dihadapan semua orang, aku,
Hyuuga Hinata, pingsan.
End Flashback
Oke, oke, berhenti tertawa! Itu memalukan. Lalu
kau yang disana! Turunkan benda itu, kalau kau melemparnya, aku tak akan mau –atau
lebih tepatnya bisa- memberitahukanmu siapa yang kupilih bukan?
“Hina-chan?” ugh… sepertinya aku terkena
syndrome cinta. Hanya dengan tersenyum dia bisa membuat hatiku berbunga.
“Cie… ngelamunin apa nih? Bisa-bisanya melamun
di pesta pernikahan sendiri.” hebat, aku baru saja memecahkan rekor berubah
ekspresi. Kau tau? Yang melakukannya adalah orang yang sama.
Cup…
Hehehe, sepertinya aku berhasil membuatnya
terdiam.
“Tak apa kan melamun? Apalagi kalau melamunkan
calon, ups suamiku sendiri. Naruto Uzumaki.” sepertinya suami tercintaku ini
akan pingsan dengan wajah memerah.
Hei kau tak perlu lagi bertanya siapa yang ku
pilih kan?
TAMAT
Aku benar-benar berterimakasih kepada
orang-orang yang telah mereview fic Little Mistake…
Jujur saja, saya kira sudah tidak ada orang
lagi yang membaca fic ini. Dan ternyata, setelah sekian lama sayapun mengecek
akun saya di fanfiction. Coba tebak? Ternyata ada yang mereview fic itu!
Itulah kekuatan review. Sesaat setelah membaca
review, inspirasi langsung mengalir. Daann… lahirlah fic ini. Bayangin, aku nyelesaiin dalam satu malam. Thats impossible for people like me, but your review give me a power to do that.
Ini persembahan saya untuk readers yang setia
baca fic dari author yang jarang banget update ini….
Salam hangat ^__^
Good Air
Tidak ada komentar:
Posting Komentar