Naruto belongs to
Masashi Kishimoto – sensei
Warning : OOC, AU
Main Pair : NaruHina
Sumary : Snow White? Ice Devil? Well, kali ini Naruto benar - benar telah melakukan kesalahan besar. Bukan, ia melakukan kesalahan kecil yang berakibat fatal!
@@@
BRAK!
Suara keras mampu membuat seluruh pandangan teralihkan ke
depan kelas. Lebih tepatnya menatap ke arah sumber keributan.
Siapa yang tidak mengenalnya, prilakunya yang kasar tak
mampu membuat kepopulerannya turun. Ketampanan dan kepintarannya menjadikannya
rebutan diantara para siswi universitas itu. Namun sayang, para siswi harus
gigit jari mengingat penyebab terbantingnya pintu adalah seorang wanita.
“Sudahlah, mungkin hari ini meemang bukan hari
keberuntunganmu…” ujap seorang pria bermata emerald yang mengambil tempat duduk
di samping si pemuda.
“Bisakau ganti kata-katamu? Aku sudah
bosan mendengarnya tau!” seru si pemuda yang diketahui bernama Naruto.
“Astaga! Kau ini maunya apa sih. Sudah kubilang, dia
pasti tidak mau menerimamu. Memang apa menariknya wanita mirip preman itu?
Seleramu sudah berubah ya? Kemana perginya Naruto yang sangat setia dengan
wanita yang kau juluki snow white itu?” amarah pemuda bernama Gaara yang
sendari tadi menjadi pelampiasan si pemoda blonde pun meledak. Dia sudah bosan
dengan prilaku sahabatnya yang amat menyebalkan seminggu ini. semenjak wanita
itu pindah ke sekolah ini, sahabatnya seakan tidak dapat mengalihkan mata
saphirenya dari wanita itu. Memang apa
sih bagusnya wanita itu? Bagaimana kabarnya wanita snow white pujaan sahabatnya
itu?
Ungkapan kejengkelan Gaara justru malah dibalas pandangan
aneh dari Naruto. Seakan pertanyaan, atau bisa dibilang pernyataan dari Gaara
adalah pertanyaan terbodoh sedunia.
“Gaara,” Naruto menghela nafas. “Jadi selama seminggu ini
kau tidak sadar kalau wanita tomboy yang kita bicarakan adalah snow white ku?”
Loading….
“APA!!!”
Naruto menutup telinganya yang berdenging mendengar
teriakan Gaara. “Memang kenapa sih kalau mereka orang yang sama?” tanya Naruto
dengan tampang yang… ugh, minta ditendang!
Siapa coba yang tidak kaget? Cuma dengan mendengar nama
julukannya saja, orang-orang pasti sudah menyangka bahwa wanita pujaan Naruto
adalah gadis manis bin baik hati yang amat mirip dengan kecantikan Snow White
di dongeng-dongeng.
Lah ini? Wanita yang selama ini dijuluki Snow White oleh
pemuda berkulit tan ini ternyata adalah wanita yang sama dengan penyandang
gelar Ice Devil, Hyuuga Hinata.
Gelar Ice Devil bukan tanpa alasan. Konon kabarnya, Hinata
adalah anggota mafia yang menjadi penyebab mengapa genk-genk di kota ini
menjadi berkurang. Ia akan mengajak salah satu dari kelompok-kelompok genk itu
berkelahi hanya untuk memuaskan nafsu bertarung dalam dirinya. Bahkan, dihari
pertamanya, ia sudah bisa mengalahkan kapten tim karate wanita Haruno Sakura
yang terkenal dengan kekuatannya yang mengerikan. Singkat kata, dia sudah masuk
dalam black list para pria!
Merasa risih dipandangi seakan ia adalah makhluk teraneh
di dunia, Naruto pun akhirnya angkat bicara. “Memang kenapa sih? Memangnya aneh
menganggapnya seperti Snow White?” Tanya Naruto kesal.
Well, pemang apa lagi jawaban paling tepat yang bisa
dilakukan Gaara selain anggukan kepala?
“Argh… masa bodoh kamu mau bilang apa! Pokoknya aku tetap
pada pendirianku. Akan ku jadikan dia pacarku bagaimanapun caranya.” seru
Naruto sebelum melangkah pergi.
Perkataan Naruto membuat kedua bola mata amnesty milik
Gaara terbelak kaget, dirinya tidak menyangka kalau Naruto akan menggunakan
cara ‘itu’ untuk mendapatkan Hinata.
Dengan terburu-buru Gaara segera berlari mengejar Naruto.
Tak dipedulikannya dosen yang sebentar lagi akan memasuki ruangan dan helaan
kecewa para teman-temannya yang sendari tadi memandang interaksi antara mereka
berdua seakan tidak ada hal alin yang lebih menarik. Hey, jangan salahkan
mereka yang ingin cuci mata dengan memandangi para pria tampan bukan?
@@@
*Gaara POV*
Aku berlari mengejar Naruto yang sudah jauh berada di
depan. Kenapa sih, saat begini ia tak bisa berfikir dulu? Memangnya harus
menggunakan cara ‘itu’ apa? Dimana anak itu menaruh otaknya? Harga dirinya bisa
jatuh karena hal bodoh ini!
Dari kejauhan aku bisa melihat Hyuuga Hinata sedang
melangkah masuk dalam gedung olahraga.
“Hinata! Aku memenuhi tantanganmu!”
Oh, sial! Aku terlambat!
*End Gaara POV*
*Normal POV*
“Hinata! Aku memenuhi tantanganmu!” seru Naruto penuh
percaya diri. Mendengarnya membuat mata lavender Hinata sedikit melebar
sebelum kembali menjadi normal lagi. Tanpa ekspresi.
“Naruto-senpai yakin? Aku tidak akan segan-segan karena kau
merupakan teman Neji-nii.” kata Hinata tanpa intonasi. Seakan dia tidak
mempunyai emosi.
“Naruto!” sebuah suara membuat fokus mereka teralihkan.
Gaara yang terengah-engah nampak di belakang Naruto.
“Kau sudah bersumpah tidak akan memukul wanita Naruto!
Dimana Naruto yang selalu berpegang teguh pada perkataannya?” seru Gaara panik.
Ia amat mengkhawatirkan sahabatnya ini. Naruto memang sering bertindak tanpa
pikir panjang, namun baru kali ini Gaara melihat Naruto mau melanggar
kata-katanya sendiri.
Bukannya merasa terganggu dengan perkataan Gaara, Naruto
malah tersenyum kecil.
“Kau tak usah kuatir Gaara, karna itu aku…” Naruto
mengalihkan pandangannya hingga bertemu pandang dengan Hinata. “akan
mengalahkan Hinata tanpa memukulnya.”
Orang-orang yang entah sejak kapan mengerubungi mereka
tersentak kaget. Mereka tau Naruto itu kuat, tapi mengalahkan Ice Devil tanpa memukul itu
rasa-rasanya…
Aura tidak menyenangkan terasa sangat kuat keluar dari
tubuh Hinata. Membuat teman-teman setimnya, bahkan Sakura, mau tidak mau
merinding dan melangkah menjauh dari sang Devil yang kelihatannya sedang marah.
… mengerikan! Batin orang-orang tersebut bersamaan.
Tanpa melepas kontak mata dari sang Devil, Naruto pun
berkata “Kau sudah siap?” tanyanya dengan senyum lima jari andalannya. Tanpa sadar
bahwa senyumnya seperti minyak yang disiramkan kedalam api.
“Kapanpun kau siap Naruto-senpai.” Jawab Hinata
menyeringai mengerikan.
@@@
Skip saja pertarungannya ya
@@@
Duk, tak, BRAK!
Jam berganti, tak terasa matahari telah lelah dan mulai
menghilang untuk menyerahkan tahtahnya pada sang dewi malam, bulan.
Sinar mentari yang orange keemasan menyinari kedua insane
yang saling tatap-menatap. Satu dengan kesal dan yang lainnya dengan penuh
kelembutan. Hela nafas tak beraturan keluar dari keduanya. Para penonton yang
awalnya membludak pada akhirnya menyerah satu per satu karna diusir oleh
penjaga gedung. Hanya Gaara dan para anggota klub juga Sakura yang boleh
bertahan. Katanya, agar ada yang mengurus mereka ketika sudah selesai. Pesan
sang penjaga gedung lalu berlalu pergi.
Seakan tidak kehabisan tenaga, Hinata terus melancarkan
serangan demi serangan yang hanya ditangkis oleh Naruto. Ia tidak pernah
membalas, seperti perkataannya tadi. Pada akhirnya Naruto juga babak-belur
akibat pukulan Hinata yang memang tidak bisa diremehkan.
Bahkan yang paling kuatpun akan mencapai batas. Sambil
mengatur nafasnya, Hinata melancarkan deathglarenya pada Naruto yang sepertinya
tak berefek.
“Apa kau sudah kelelahan? Mungkin kita lanjutkan besok
saja?” tanya Naruto. Tak dipedulikannya tubuhnya yang babak belur. Seakan
Hinata jauh lebih menderita dibandingkan dirinya. Ia bahkan tidak tau pandangan
kuatir yang dilancarkannya pada Hinata justru membuat api amarah Hinata
berkobar lagi.
“KAU BERENGSEK!!” pukulan demi pukulan kembali
dilancarkan Hinata. Kali ini dengan amarah yang lebih besar. “AKU BENCI LELAKI PLAYBOY SEPERTIMU!”
Brak!
"AKU BENCI MULUTMU YANG SUKA MENEBAR JANJI MANIS YANG TERNYATA HANYA SAMPAH!"
Nyut… hati Naruto seakan berdenyut sakit. Bukan karena
kata-kata Hinata, melainkan pandangan matanya yang seakan memiliki dendam yang
besar pada Naruto.
Perlahan, pandangan mata itu berubah. Yang tadinya penuh
dendam, sekarang menyiratkan kekecewaan yang besar. Mata itu mulai
berkaca-kaca. Dengan cepat Hinata berbalik dan mencoba pergi. Hanya mencoba,
karena belum sempat ia melangkahkan kakinya sebuah tangan berwarna tan telah
lebih dulu menangkap tangan putihnya.
“Lepas…” lirih Hinata. Tak adanya reaksi apapun dari
pemuda dibelakangnya, membuatnya mencoba melepaskan diri sendiri. Namun tidak
berguna, berkali-kalipun ia mengibaskan tangan cengkraman yang memerangkap
dirinya justru semakin mengencang.
“Apa maksudmu?” tanya sang pria blonde.
“…. Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan.” Jawab si
wanita. Masih belum mau memandang mata ocean milik sang pemuda.
“Apa aku pernah berjanji sesuatu padamu? Apa aku pernah
mengecewakanmu? Kenapa kau tak pernah mau menerima perasaanku? Mengapa kau
benci padaku?” kesedih terukir jelas di wajah si pemuda.
“Kau ini banyak bicara.” Jawab Hinata dingin. Sekali lagi
mencoba melepaskan diri dari cengkraman si pemuda.
“Jawab dulu pertanyaanku!” bentakkan dari Naruto membuat
Hinata terbelak kaget. Hanya sebentar, lalu kembali membuat ekspresinya
sedingin es.
“Apa kau masih ingat yang kau katakan dulu?”
Flash Back
Di sebuah TK nampak seorang anak perembuan sedang menangis
sambil berlari tak tentu arah. Bukan, bukan tak tentu arah ia sedang berlari
kearah seorang anak lelaki yang sedang duduk makan bersama teman-temannya
“Nalu-kun! Hue….” serunya memanggil si anak lelaki yang
memandangnya dengan raut wajah khawatir.
“Ada apa Hina-chan?”
kata si anak blonde khawatir. Dihampirinya gadis kecil yang hanya dua
tahun lebih muda dari dirinya.
“Koku merampas makan siangku…” adunya pada Naruto.
“Makan makananku saja ya, Koku mungkin sedang kelaparan.”
“Kelapalan? Memang Koku juga makan loti?” pertanyaan
Hinata membuat senyum kecil terukir diwajah Naruto. Mungkin Hinata memang tidak
tau kalau Anjing seperti Koku dapat memakan makanan seperti manusia.
Naruto menepuk-nepuk sayang suari hitam milik Hinata. “Tentu
saja-” belum sempat Naruto menyelesaikan perkataannya, ia sudah didahului suara
siulan dari teman-temannya.
“Ciee… Naruto seperti suami saja bagi Hinata.” goda
seorang teman Naruto yang memancing anggukan dari teman-temannya yang lain.
Muka Naruto memerah. “Diamlah kalian!” sayangnya,
perkataannya justru menimbulkan lebih banyak gelak tawa dan godaan dari
teman-temannya.
“Aku tidak suka pada Hinata! Aku suka gadis yang kuat
bukan lemah seperti Hinata!” perkataan Naruto langsung membuat teman-temannya
terdiam. Semua mata langsung mengarah ke Hinata. Menunggu tangis dari salah
satu penerus keluarga Hyuuga ini meledak.
Sayang, reaksi yang mereka tunggu justru tidak terjadi.
Kedua bola mata putih milik Hinata memang sempat melebar, namun tidak
mengeluarkan cairan bening yang ditunggu-tunggu. Justru mulut mungilnya
mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan.
“Jadi kalau aku bisa jadi kuat, aku bisa jadi istri
Nalu-kun?” kata Hinata dengan mata polos yang penuh harap.
“Eh?”
“Jangan cuma eh, jadi bisa tidak?” ujar Hinata memaksa.
“Ten, tentu saja….”
“Asik! Tunggu saja Nalu-kun. Aku pasti jadi wanita kuat,
lalu jadi istri Nalu-kun.” dibalik sorot mata polos sang gadis kecil tampak tekat yang amat kuat.
“Hina-chan! Ayo pulang!” seru seorang pemuda yang sekilas
nampak mirip dengan Hinata dengan rambut panjang milik pemuda itu. Jangan
heran,TK Hinata memang sudah menunjukan jam pulang semenjak tadi. Namun, karena
menunggu kakaknya pulang ia jadi sering bermain dengan Naruto yang memang sudah
memasuki jenjang sekolah dasar yang kebetulan memiliki gedung yang bersambung dengan
gedung TK.
“Iya!” seru Hinata sambil berlari kearah pemuda yang
diketahui merupakan kakak sepupu Hinata, Neji Hyuuga.
Sambil berlari, Hinata berseru pada Naruto “Aku pasti
jadi wanita kuat Naru-kun!”
End Flash Back
Terkejut, mungkin itu kata yang tepat melukiskan raut
wajah Hinata sekarang. Setelah ia menjelaskan panjang lebar, Naruto cuma
membalasnya dengan senyuman yang justru makin melebar.
“Kalau begitu, tentu kau mau menjadi pacarku kan
Hina-chan?” seru Naruto percaya diri.
“KAU PASTI BERCANDA!” kali ini, hentakan kuat dari Hinata
berhasil membuat cengkraman Naruto pada tangannya terlepas.
“Lelaki playboy sepertimu bukan Naru-kun yang kusukai.”
Stoic face Hinata nampak kembali. Merasa tak ada lagi yang perlu dibicarakan,
Hinata berbalik pergi. Kali ini tanpa usaha Naruto untuk menahannya.
Heran, mungkin itu merupakan kata paling tepat untuk
melukiskan perasaan Hinata. Bukannya dia mau dikejar, hanya saja punggung
Naruto nampak terlihat bergetar. Apa dia terlalu keras ya? Meskipun Naruto
sudah berubah, tetap saja dia masih punya sedikit perasaan untuk Naruto. Bagaimanapun
cinta pertama memang susah dilupakan bukan?
Sayang, reaksi Naruto justru membuat emosi Hinata kembali
naik. Naruto tertawa. Ya, tertawa.
Sekarang Hinata sudah tak mau tau lagi. Namun, lagi-lagi
belum sempat ia beranjak pergi sebuah senyum lebar terlukis diwajah
penghalangnya. Pemilik senyum itu cuma satu orang, Naruto Uzumaki.
Deathglare yang diberikan Hinata dianggap angin lalu oleh
Naruto. Tanpa peduli hal lain, Naruto menciumnya.
Jika bisa, warna merah dipipi Hinata akan menyaingi
tomat. Marah dan malu Hinata telah mencapai titik maksimum. Sayang lagi-lagi dewi fortuna belum mau
meliriknya. Belum sempat makian dan tinjuan melayang kearah Naruto, tangan
Hinata telah terbelenggu oleh tangan besar milik Naruto.
“Hinata, jujur aku memang membenarkan segala perkataanmu.
Aku memang playboy, tapi aku pasti akan berubah. Karena kau sudah disini, aku
pasti akan berubah.”
“Begitu saja?”
Kali ini, Naruto lah yang bingung. “Maksudmu apa Hinata?”
“Begitu saja? Setelah kau berbohong padaku? Dulu kau
berkata kalau meskipun kau pindah, kau tak akan lupa padaku. Lalu, saat aku
kelas satu SMP dan kau melihatku berjalan bersama-sama Kiba, kau langsung
memutuskan kontak denganku. Setelah kita besar, dan aku mengejarmu hingga
kemari, apa yang kudapat? Kau sibuk dengan fans-fans bodohmu sampai-sampai kau
menolakku saat aku dengan begitu semangat menyatakan perasaanku. Kau membuatku
malu di depan Neji-nii dengan mengatakan kalau kau hanya bermain-main dan tak
serius denganku. Lalu setelah Kiba datang padamu menjelaskan semuanya, kau
langsung kembali mengejarku. Kau pikir aku bonekamu!”
Hinata mengeluarkan semua unek-uneknya. Butiran bening
keluar dari kedua bola mata lavender miliknya. Naruto tau semua yang dikatakan
Hinata benar. Dialah yang terlalu naïf dulu, bahkan ketika Hinata datang dan
meminta maaf dia justru degnan mudah mencampakan Hinata. Tapi perasaannya itu
nyata. Bahkan ciuman dipipi Hinata tadi merupakan pertama kalinya ia mencium
wanita selain ibunya.
“Hinata aku…”
“Stop! Mana Naruto yang selalu menepati janjinya? Jangan membuat
janji yang belum tentu kau bisa menepatinya. Aku benci Naruto yang seperti itu.”
“Tapi…”
“Cukup.” final, keputusan Hinata sudah bulat. “Anggap
saja kalau sakit hatiku telah habis dengan memukulmu tadi. Sekarang,
pikirkanlah kembali perasaanmu. Apakah perasaanmu masih sama dengan dulu, atau
bahkan kau tidak pernah memiliki perasaan padaku. Pikirkanlah kalau kau memang
yakin, kau tau aku berada dimana.”
Dan berakhirlah sudah, bahkan Naruto juga tak pernah lagi
mengejar-ngejar Hinata. Dan Hinata tak pernah berfikir untuk mencari Naruto. Seakan
keduanya tak pernah bertemu. Hidup terus berlangsung, entah bagaimana akhir cinta mereka. Kesalahankah semua ini? Mungkinkah ini adalah perasaan yang nyata? Pada akhirnya, hanya mereka sendiri yang dapat menjawabnya.
Bibibiiiii!!!!
BalasHapusAwwweeee... sege ini anak pwa, mau posting fanfic tidak bilang-bilang. Taicinggg!! #ngek #taboked
Astaga Bibibi, hii sege... kerennya NaruHina di sini pwaaa!! Huuu, sa makin cinta dengan ini pairinng cimut-cimut deeehhh...
Huwaaa!! kenapakah ada pairing keren kayak mereka deeeehhh!!!
Huuu, langsung pendarahan hidungku pwaaa...
#error #scan otak
BTW, sa RnR dulu eehhh...
1. Masih kurang ma meenn. Kurang terasa aura-aura kuliahnya.
2. Masih abstrak. Daku bingung kakanda, akan perpindahan tempat tokoh-tokohnya di fanfic ini. Mungkin karena deskripsi latar waktu, tempat, masih perlu digali lagi.. Kalau suasana, it's okay! Dah keren!
3. Yang aps POVnya Gaara. Menurutku ndak perlum mhy dibikinkan khusus POVnya Gaara. Langsung satu kali masuk di deskripsi saja. Jadi kayak :
["..." Gaara membatin/berkata dalam hati.]
Nah sampe situ moh dulu, sekarnag sa mo berfangirling lagi... #belumselesai?
Awwwweeeee!!! Kenapakah? Huuu, mentang-mentang itu La Naruto da ganteng, da sok-sok lagi mau jadi pleiboi. Huuu, kasiannya mhy tawwa Hinata...
#met
Wuuuu, sa tunggu!
howhowhow,
Rhyms.
wkwkwk...
Hapussoal gak ada pemberitahuan supaya surprise gitu ^_^V
terus tentang RnRnya dengan berat hati sa setuju T_T memang yang ko bilang betul juga,soalnya sa buatnya masih bayang-bayangkan masa-masa SMA...*galau mode: on*
kalau soal poin kedua, jangankan yang baca, yang tulis juga bingung. tapi supaya gak penuh-penuhin toshi jadinya malah post fic gaje ini....
lanjutannya gak janji update kilat yee... maklum orang ujian..
hehehe, thanks for RnR