Selasa, 07 Agustus 2012

Beata Teresa dari Kalkuta

Sebenarnya potingan kali ini terinspirasi dari tugas OSPEK (atau student day di univ asalku) yang menyuruh membuat semacam biografi tentang orang yang paling menginspirasi kita. Kebingungan melanda seperti badai yang tak di undang. Siapa yang mau di bahas? Bukannya kita kekurangan orang-orang hebat, masalahnya terlalu banyak! Bingung pilihnya... *stres!!!*

Lalu, ditengah kebingungan bundaku berkata. "Kenapa tidak Bunda Teresa?" Dan dengan begonya saya menjawab "Siapa dia mah?"

Karena tidak mendapat jawaban yang pasti -karena seperti biasa, saya malah dimarahi karena tidak tau- sayapun mengambil Bunda Teresa untuk dijadikan topik tulisan.

Hasilnya? Dua halaman gak cukup! Mengetahui perjalanan hidup Bunda Teresa malah membuat gemes untuk ditulis. Tau-tau dua halama sudah tak cukup lagi. Terpaksa saya harus menghapus beberapa hal T_T

Dan munculah postingan ini , karena gak bisa menghilangkan rasa gemas saya lampiaskan ke postingan kali ini. Cek this out ^__^



@@@


‘Beata Teresa dari Kalkuta’. Gelar yang diberikan oleh Paus Yohanes Paulus II sangat tepat diberikan kepada Bunda Teresa.

Wanita yang lahir pada tanggal 26 Agustus 1910 ini telah membagikan cinta yang begitu tulus seperti seorang bunda kepada banyak orang melalui Missionaries of Charity yang ia bentuk.

Kisahnya berawal di Üsküb, Kekaisaran Ottoman (sekarang Skopje, ibukota Republik Makedonia) yang merupakan tempat kelahirannya. Bunda Teresa terlahir dengan nama asli Agnes Gonxha Bojaxhiu dari pasangan Nikollë dan Drana Bojaxhiu.        
 
Semenjak kecil, Bunda Teresa terpesona oleh cerita-cerita dari kehidupan misionaris dan pelayanan mereka di Benggala. Sehingga, pada umur 18 tahun ia pun meninggalkan rumah untuk bergabung dengan Kesusteran Loreto sebagai misionaris.

Namun kegiatan misionarisnya bersama orang miskin berawal di Kalkuta sewaktu ia sedang pelayanan sebagai guru di sekolah biara Loreto, sebelah timur Kalkuta. Hati nuraninya terusik melihat kehidupan masyarakat India yang jauh dari kata layak. Maka, iapun meninggalkan pelayanannya sebagai guru dan kehidupannya di biara dan menuruti panggilan untuk membantu para orang miskin.

Meski harus mengalami penderitaan di tahun pertamanya, tak memiliki tempat tinggal, makanan, penghasilan, Bunda Teresa tetap tegar menjalani panggilannya. Dalam salah satu catatannya tertulis :

“Tuhan ingin saya masuk dalam kemelaratan. Hari ini saya mendapat pelajaran yang baik. Kemelaratan para orang miskin pastilah sangat keras. Ketika saya mencari tempat tinggal, saya berjalan dan terus berjalan sampai lengan dan kaki saya sakit. Saya bayangkan bagaimana mereka sakit jiwa dan raga, mencari tempat tinggal, makanan dan kesehatan. Kemudian kenikmatan Loreto datang pada saya. ‘Kamu hanya perlu mengatakan dan semuanya akan menjadi milikmu lagi,’ kata sang penggoda... Sebuah pilihan bebas, Tuhanku, cintaku untukmu, aku ingin tetap bertahan dan melakukan segala keinginan-Mu merupakan kehormatan bagiku. Aku tidak akan membiarkan satu tetes air mata jatuh karenanya.”

Lalu pada tanggal 7 Oktober 1950 akhirnya Bunda Teresa mendapat izin dari Vatikan untuk membangun kongregasi keuskupan yang kemudian menjadi Missionaris Cinta Kasih. Tujuannya adalah untuk merawat "yang lapar, telanjang, tunawisma, orang cacat, orang buta, penderita kusta, semua orang yang merasa tidak diinginkan, tidak dicintai, tidak diperhatikan seluruh masyarakat, orang yang telah menjadi beban bagi masyarakat dan dihindari oleh semua orang." 

Awalannya kongresi ini hanya memiliki 13 anggota di Kalkuta, sekarang jumlahnya telah menjadi menjadi lebih dari 4.000 suster menjalankan panti asuhan, rumah bagi penderita AIDS dan pusat amal di seluruh dunia, merawat para pengungsi, pecandu alkohol, orang buta, cacat, tua, orang miskin dan tunawisma, korban banjir, dan wabah kelaparan.

Tentu saja aksi Bunda Teresa juga mendapat komentar negative. Seperti kecurigaan masyarakat tentang Bunda Teresa yang memberikan pengobatan geratis bagi para orang miskin untuk memasukan mereka ke agama Katholik ataupun yang mengecamnya karena pendiriannya akan melawan aborsi dan perceraian. Ia justru mengatakan "Tidak peduli orang-orang mengatakan apa, Anda harus menerimanya dengan tersenyum dan melakukan pekerjaan anda sendiri."

Ia bahkan berani menegahi sebuah gencatan senjata antara tentara Israel dan gerilyawan Palestina saat puncak Pengepungan Beriut untuk menyelamatkan 37 anak yang terjebak digaris depan di sebuah rumah sakit. Ia ditemani oleh para pekerja Palang Merah melakukan perjalanan melalui zona perang untuk menuju rumah sakit hancur untuk mengevakuasi para pasien muda.

Sebelum ajal menjemput pada tanggal 13 Maret 1997, ia telah menjalankan 168 misi di 123 negara. Meski diterpa banyak kritik dan kecaman mengenai pelayanannya, ia juga menerima banyak penghargaan termasuk penghargaan pemerintah India, Bharat Ratna (1980) dan Penghargaan Perdamaian Nobel pada tahun 1979. Ia merupakan salah satu tokoh yang paling dikagumi dalam sejarah. Saat peringatan kelahirannya yang ke-100 pada tahun 2010, seluruh dunia menghormatinya dan karyanya dipuji oleh Presiden India, Pratibha Patil.

Jasanya yang besar membuatnya ditangisi oleh banyak orang, religius maupun sekuler. Nawaz Sharif, Perdana Menteri Pakistan mengatakan bahwa Bunda Teresa adalah "seorang individu langka dan unik yang tinggal lama untuk tujuan yang lebih tinggi. Pengabdian seumur hidupnya untuk merawat orang miskin, orang sakit, dan kurang beruntung merupakan salah satu contoh pelayanan tertinggi untuk umat manusia." Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Javier Perez de Cuellar mengatakan: "Ia adalah Pemersatu Bangsa. Ia adalah perdamaian di dunia ini".

Bunda Teresa adalah wanita yang meskipun tak pernah kehilangan keperawanannya hingga akhir dan tak pernah memiliki anak, tetapi jiwa keibuannya dapat mengalahkan orang-orang diluar sana yang 'kalah' hingga melakukan praktek aborsi ataupun membuang anak mereka . Dia adalah contoh sejati cinta yang tulus yang tak mengenal perbedaan dalam mengasihi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar