This is Naruto's fiction. the real Naruto is belong to Masashi Kishimoto.
Warning!!
Gaje, OOC, Hanabi bashing
Happy reading!!
Namikaze
Naruto. Siapa yang tak mengenal nama itu. Nama seorang anak dari keluarga
Namikaze, salah satu dari kelima keluarga bangsawan paling dihormati diseluruh
dunia.
Gelar
itu tidak hanya didapat akibat keturunan saja, melainkan keahlian dari keluarga
itu. Contohnya saja sang kepala keluarga, Namikaze Minato. Pemilik perusaahan
transportasi terbesar yang daerah cakupannya sudah mencapai seluruh dunia.
Selain
sang kepala keluarga, ada juga sang isteri Uzumaki Kushina. Artis legenda yang
mempunyai banyak talenta. Bukan hanya itu tetapi ia juga mempunyai butik yang
amat terkenal dengan rancangan jenius dari Uzumaki Kushina ini.
Apakah
Namikaze Naruto terkenal karena ini? Jawabannya tidak. Namikaze Naruto, sang
detektif muda berbakat yang dapat menyelesaikan banyak kasus sulit pada usia 17
tahun. Memang, tampak dari luar dia kurang meyakinkan. Tapi cobalah sodorkan
kasus kriminal kelas atas, maka dengan cepat dia akan berubah menjadi sosok
yang sama sekali tidak pernah kau pikirkan.
Selain
prestasi anggota keluarga yang gemilang, mereka juga memiliki paras yang tampan
dan cantik dan ditambah senyum menawan sehangat mentari. Tapi... semua manusia
juga mempunyai kekurangan bukan?
"NARUTO
CEPAT BANGUN!" suara Kushina yang biasanya lembut, berubah menyaingi suara
monster. Bahkan ekspresinya juga berubah menyaingi ekspresi suster ngesot *!*.
"Hiyooo...
Iya, iya aku bangun~" jawab Naruto yang sudah amat terbiasa dibangunkan
seperti itu oleh Ibunda tercintanya.
"Ung?
Kenapa oka-chan membangunkanku aku ini sih?" tanya Naruto sambil melirik
jam yang sudah menunjukan jam tujuh tepat. Memang Naruto sudah tidak perlu
bangun pagi untuk pergi sekolah. Karena kejeniusannya, dia dan keempat penerus
bangsawan lain sudah menyeleasikan sekolah mereka pada umur enam belas tahun.
"Oh
ya, ini." jawab Kushina yang sudah kembali dari mode monsternya ke mode
normal sambil melemparkan sepucuk surat undangan yang berlambangkan simbol
keluarga Hyuuga.
"Apa
ini oka-chan?" tanya Naruto keheranan sambil membolak balik surat itu.
"Itu
undangan dari keluarga Hyuuga. Mereka ingin menunjukan sesuatu pada keempat
keluarga bangsawan lainnya. Katanya sih itu adalah keajaiban dunia bagi
keluarga Hyuuga." kata Kushina menjelaskan sambil duduk di sofa empuk
berwarna orange yang berada di dalam kamar Naruto yang didominasi warna orange
itu.
"Lalu
kenapa diberikan padaku sih? Oka-chan sendirikan tahu aku benci acara formal.
Apa lagi acara itu dibuat keluarga Hyuuga, hiii... ogah!" kata Naruto
mulai mengeluarkan argumennya. Memang dia terdengar seperti anak kecil, tapi
Naruto suka yang namanya kebebasan jadi membenci acara formal akibat dulu saat
pergi menghadiri suatu acara yang dibuat oleh keluarga Hyuuga. Hasilnya Naruto
kecil berkesimpulan acara formal SANGAT MEMBOSANKAN. Bahkan membuatnya harus
lari dari kejaran para penjaganya akibat melarikan diri dari pesta.
"Tenang
saja Naruto. Ini bukan acara formal kok. Ini acara yang dibuat oleh Hyuga Neji,
temanmu dulu itu loh yang sekelas bareng kamu. Katanya sih cuman mau reunian
sekalian mau nunjukin benda itu."
Hah?
Neji mengadakan reunian? Pasti ada yang aneh. Batin Naruto
"Oke
deh oka-chan. Lagian karena bukan acara formal jadi gak papa. Selain itu tak
ada kasus kok."
"Oh
ya, sudah memberitahu asistenmu untuk mendampingimu. Nah sekarang cepat mandi
kau akan diantar ke bandara sejam lagi." kata Kushina mengingatkan
anaknya.
"Memangnya
acaranya dimana?" tanya Naruto sambil berjalan mendekati sofa yang
diduduki mamanya.
"Itu
sih tidak tertulis di undangan. Tapi mereka akan mengantar kalian menggunakan
pesawat pribadi milik keluarga Hyuuga." lalu Kushinapun pergi dari kamar
anaknya itu.
*Skip
Time*
"Namikaze-sama
silakan turun. Kita sudah sampai." kata sopir pribadi Naruto sopan. Naruto
langsung turun dari mobil sport mewah berwarna merah metalik. Ketika sudah
keluar dari mobil ia merapikan sedikit jas hitam yang sedang dipakainya.
"Terima
kasih. Sekarang kau boleh pulang, nanti ku telepon jika sudah ingin
pulang."
"Baik
Namikaze-sama." lalu sang sopir pun tancap gas pergi meninggalkan Naruto
di depan pintu bandara pribadi milik keluarga Hyuuga.
"Ohayou
Naruto."
Mendengar
namanya dipanggil, Naruto pun berbalik menghadapi seorang gadis sebayanya yang
berkulit seputih susu yang kontras dengan warna rambutnya yang hitam legam.
Selain itu, gaun putih dan kalung dari batu hitam yang mempunyai warna senada
dengan iris matanya semakin membuatnya terlihat anggun.
"Ohayou
Hina." kata Naruto membalas sapaan gadis bernama Hina tersebut sambil
memasang senyum secerah matahari miliknya. Yeah, jujur saja dia merasa.. emm
sedikit terpesona oleh kecantikan wanita anggun itu.
"Ah...
Sudah hampir terlambat. Ayo Hina."kata Naruto sambil memegang tangan Hina
dan menyeretnya menuju pesawat. Dan kelakuan spontan yang dilakukannya itu
berhasil membuat sedikit rona merah di wajah cantik gadis itu.
*Dalam
Pesawat*
"GOOD
MORNING ALL" sapa Naruto sedikit *baca: sangat* berlebihan. Dan berhasil
membuat semua orang yang berada di dalam pesawat
Tanggapan
yang didapat Naruto sugguh mengecewakan hati pemuda blonde yang satu ini.
Dari
Nara Karin *ini Karin kok bukan OC* dia benar-benar dicuekin. Bahkan melirik Naruto
saja tidak. Bukan karena Karin tak menyukai Naruto, tapi dia terlalu sibuk
mengajak Sasuke bicara yang bahkan tak melirik ke arahnya.
Dari
Uchiha Sasuke, ia cuma mendapat kata favorit Sasuke "Hn" pendek.
Dari
Sabaku Gaara ia cuma mendapat sambutan yang tak kalah 'kulkas'nya dari Sasuke.
Melihat
hal ini Naruto jelas berteriak-teriak marah tak jelas pada mereka semua
sampai-sampai karena tak melihat sekeliling ia tersandung dan jatuh terjungkal
dengan posisi akhir tengkurap yang sangat tak elit.
"Bwahahaha..."
suara tawa langsung menggema dari dalam pesawat. Para pewaris yang biasanya
tenang *minus Naruto yang selalu hyperactif* langsung memenuhi ruangan dengan
suara tawa mereka. Memang dari semua orang hanya Naruto saja yang dapa membuat
mereka menunjukan ekspresi asli mereka tanpa harus ditahan-tahan.
"Huh
kalian menyebalkan." ekspresi Naruto saat marah bukannya membuat mereka
berhenti tertawa, malah membuat tawa mereka semakin keras.
"Hmpf
ma, maaf Naru. Ha, hanya saja tadi itu... hahahaha" kata Karin yang
berusaha menahan tawa.
"Hei
Naru siapa cewek yang kau bawa itu?" tanya Karin yang sudah bisa
menghentikan tawanya.
"Ah
ya, perkenalkan ini Ryuzaki Hina, asistenku. Nah Hina mereka temanku waktu
masih sekolah dulu. Yang cewek ini namanya Nara Karin meskipun kadang-kadang
kasar dia baik kok. Lalu yang berambut merah dengan tato Ai norak namanya
Sabaku Gaara. Dan terakhir yang berambut seperti pantat ayam itu namanya
Ucihiha Sasuke." kata Naruto memperkenalkan teman-temannya. Bahkan ia tidak
sadar telah membuat teman-temannya itu mengeluarkan hawa hitam pekat yang
menyaingi hawa pemeran Hiruma di film Eyeshield.
"Naruto..."
Naruto pun mendonggak saat mendengar teman-temannya memganggilnya dengan sebuah
kor yang sangat serempak.
Nampaklah
olehnya wajah ketiga temannya yang sedang tersenyum... umm? Mungkin lebih tepat
sedang menyeringai evil.
"Oh
jadi begitu ya Naruto. Aku ini pemarah ya?" Kata Karin masih dengan senyum
evilnya.
"Jadi...
Tato Ai ku ini norak ya?" Garaa yang walaupun tak tersenyum evil, tetap
saja mengeluarkan hawa hitam pekat.
"Hm..
Jadi rambutku ini mirip pantat ayam ya?" Kata Sasuke mengeluarkan hawa
yang tak kalah angker dengan kedua temannya.
Seketika
itu Naruto mengerti bahwa ia harus lari menghindari ketiga temannya. Dan
mulailah terjadi acara kejar-kejaran antara mereka. Sedangkan Hina hanya dapat
tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah atasannya itu.
"Ampun
aku terlalu muda dan tanpan untuk mati!"
Bukannya
kasihan mendengar ucapan Naruto*ya iya lah*, mereka malah semakin gempar
mengejar Naruto. Ketika berbagai pukulan akan menghantam Naruto, masuklah
sesosok gadis berambut hitam panjang, bergaun putih dan berkalungkan intan yang
berkilauan. Tapi melihat kalung Hanabi membuatnya merasa pernah melihatnya di
suatu tempat.
"Ah
kau pasti adik Neji kan? Kau pasti Hanabi itu." kata Naruto mengalihkan
pembicaraan.
"Ia
aku adik Neji-nii, Hyuga Hanabi. Kau pasti Namikaze Naruto itu ya?" jawab
Hanabi sopan sembari membalas uluran tangan Naruto.
"Lalu
dimana Neji? Aku tak melihatnya sejak tadi." tanya Naruto. Memang sendari
tadi Neji belum menampakan diri, padahal mereka sudah menunggu sendari tadi.
"Ah
memang Neji-nii ada urusan mendadak. Jadi aku menggantikannya. Neji-nii juga
titip salam untuk kalian semua."
"Yahh..."
ujar Naruto kecewa. Padahal ada beberapa hal yang ingin dia sampaikan pada
Neji.
"Tak
usah terlalu sedih begitu Dobe. Kami memang sibuk tidak seperti dirimu ini."
memang benar kata Sasuke, karena mereka semua *minus Naruto* sudah diserahi
tugas mengurus sebagian dari perusaahan mereka. Yah mungkin Naruto memang sibuk
sebagai dektektif muda berbakat yang kemampuannya tak diragukan lagi, tapi
meskipun begitu ia tak sesibuk keempat temannya.
"Huh
aku tahu kalian sibuk, tapi jangan membatalkan janji seenaknya gini dong."
rajuk Naruto.
"Hah,
sikapmu yang seperti ini yang membuat orang tuamu belum membiarkan kau mengurus
perusaahan." kata Gaara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya bingung akan
sikap kekanakan teman blondenya ini.
"Ugh..."
Naruto yang terjepit memandang penuh arti ke arah Karin dan Hina.
"Maaf
saja deh aku juga sependapat dengan mereka." kata Karin tanpa terpengaruh
sedikitpun dengan ekspresi memelas Naruto yang diwarisinya dari ibunya.
"Maaf
Naruto..." ujar Hina, bagaimanapun Naruto memang masih bersifat kekanakan
dalam kehidupan sehari-hari.
"hmph...
Kalian menyebalkan." kali ini Naruto benar-benar kesal. Soalnya dari dulu
ia sudah merengek pada ayahnya untuk dibiarkan setidaknya mengurus satu
perusaahan, malah dicuekin. Dan ayahnya lebih memilih memohon-mohon pada
anikinya *Aniki Naruto itu Kyuubi hanya saja tak dijelaskan di atas* yang
kelewatan jenius sampai tak seorangpun dari teman-teman Naruto *termaksud ia
sendiri* dapat menandingi kepintaran Kyuubi, yah yang mungkin bisa
menandinginya mungkin cuma Itachi kakak Sasuke, Sasori kakak Gaara, dan
Shikamaru kakak Karin. Lagi pula, Naruto terkadang terlalu sibuk dengan
kasus-kasus yang sedang di usutnya, jadi ditakutkan dia tidak akan
berkosentrasi pada perusahaan yang dipimpinnya itu
"Tuan-tuan
dan nona-nona , silahkan duduk ketempat anda masing-masing. Pesawat akan
berangkan lima menit lagi." terdengar suara seorang pramugari yang telah berada
didepan mereka semua.
"Nah
tuan-tuan, nona-nona silakan duduk di tempat yang tersedia." kata Hanabi
mempersilahkan mereka untuk duduk di tempat mereka masing-masing.
Setelah
mereka duduk, Gaara pun angkat bicara. "Karena kita telah berkumpul disini
cepatlah perlihatkan benda yang kau ingin perlihatkan." kata Gaara
langsung to the point.
"Sabarlah
Sabaku-san. Kita bahkan belum lepas landas."
"Itu
benar Gaara sabarlah. Lagian kita kan sudah lama tidak berkumpul seperti
ini." timpal Naruto untuk mencairkan suasana yang sempat tegang.
"...
Baiklah."
*Saat
pesawat telah mengudara*
*Naruto
POV*
Tok...
tok...tok...
"Masuk!"
jawab Hanabi. Memang pesawat yang kami naiki ini agak istimewa. Karena pesawat ini
punya beberapa ruang dan lagi semua ruangan itu dipasangi alat peredam suara.
"Hyuuga-sama,
makanannya sudah siap." kata pramugari berambut coklat yang sama dengan
yang mengumumkan pemberangkatan pesawat.
"Bawa
masuk Anko." terdengar jelas nada dingin yang memerintah dari Hanabi.
Pramugari
yang bernama Anko itu hanya mengangguk dan buru-buru memasukan makanan kami.
Akibatnya, ia jadi tersandung dan menjatuhkan gelas-gelas hingga pecahan gelas
berhamburan dilantai.
"Anko!
Apa yang kau lakukan ha? Kau jadi mengotori lantai. Inilah susahnya jika
memperkerjakan orang baru, mereka selalu ceroboh." bentak Hanabi. Tak
kusangka, wanita yang tadinya kukira lemah lembut ternyata sekasar ini. Ku
perhatikan Anko yang hanya gemeter ketakutan melihat majikannya yang sedang
marah.
"Sudahlah
Hyuuga-san. Biar kubantu mengambilkan gelas yang lain." kata Hina
buru-buru melerai mereka berdua. Lalu ia pun pergi mengambilkan gelas.
"Lagi
pula, ia kan tak sengaja. Anda tak perlu membentaknya seperti itu." timpalku.
Apakah ia yang akan jadi penerus keluarga Hyuga? Bahkan Sasuke saja tak
searogan ini.
Sementara
itu ketiga temanku yang lain masih memasang mimik tak peduli. Padahal aku tahu
mereka bertiga berfikiran sama denganku. Neji saja tak pernah berkelakuan
seperti itu.
"Hei
bagaimana kalau kita bermain kartu? Sambil menunggu makanan siap." kata
Karin sambil berusaha mencairkan suasana.
Kedua
temanku yang lain cuma mengiyakan saja. Lalu kamipun bermain kartu.
Beberapa
saat kemudian Hina pun masuk membawa gelas-gelas lalu memberikannya pada kami
masing-masing.
Sesaat
setelahnya, Anko pun menuangkan wine ke gelas kami. Lalu seperti tradisi,
sebagai tuan rumah meminum winenya lebih dulu dari kami setelah bersulang. Lalu
Hanabi menegak minuman yang berwarna kekuningan itu dari gelas winenya yang
besar.
"Ugh..."
tiba-tiba Hanabi mencengkram perutnya. Sesaat kemudian ia terjatuh dan
menggelepar di lantai sembari tetaap memegangi perutnya. Seakan menahan sakit
yang amat sangat yang secara tiba-tiba menyerang perutnya. Kami belum sempat
meminum wine itu, langsung kembali menaruhnya di atas meja dan mendekati Hanabi
yang terkapar menggelepar di lantai.
"Hyuuga-san?"
Kami langsung berdiri mendekati gadis ini. Mulailah muncul buih putih dari
mulut Hanabi. "Minggirlah, biar aku yang periksa." kata Gaara yang
notabene seorang dokter.
Lalu
Gaara mulai memeriksa Hanabi. Dapat terlihat dengan jelas mereka sama shoknya
denganku. Terlebih Anko yang nampak pucat melihat majikannya yang terbaring
sekarat.
"Bagaimana
Gaara?" tanya Sasuke yang kelihatanya tetap tenang. Yah hal ini tak aneh
mengingat Sasuke yang termasuk salah satu dari keluarga Uchiha yang sudah sejak
lama mengabdikan diri di badan kepolisian.
Gaara
hanya menggeleng. "Oh Tuhan!" kata Karin shok melihat kematian yang
terjadi di depannya. Hina langsung mendekat dan mengelus pundak Karin
menenangkan. Sedangkan Anko yang sama kagetnya dengan Karin melihat kematian
majikannya, langsung jatuh terduduk.
"Gaara
apa penyebab kematiannya?" tanyaku setelah mulai tenang.
"Ia
mati akibat shok yang disebabkan oleh sistem pencernaan yang rusak. Apalagi
kudengar dari Sakura belakangan ini kondisi tubuh Hanabi-san menurun."
Kata Gaara yang memang punya hubungan baik dengan dokter-dokter ahli.
Jangan-jangan
Hanabi...
"Kalian
ada yang punya batang perak." Kataku dengan nada tinggi. Meskipun bingung,
Karin memberikan penjepit rambutnya yang terbuat dari batang perak.
Segera
aku mengambil penjepit rambut itu dan ku masukan dalam minuman bekas Hanabi
minum lagi. Ternyata dugaanku tepat. Penjepit rambut itu berubah menjadi warna
hitam. Itu tandanya ada pembunuhan di sini.
"Cepat
tutup semua pintu. Ini pembunuhan!" Kataku dengan suara tegas.
"Huh
baka." seru Sasuke dan Gaara dengan kekompakan yang membuat tercengang.
Sedangkan Hina dan Anko hanya memberiku tatapan aneh.
"Hei
dobe. Kau pikir kita sedang dimana? Memang perlu apa menutup pintu saat kita
sedang berada di ketinggian ribuan meter huh?"
"Benar
juga." kataku sambil cengengesan.
"Kalau
begitu kita mulai saja penyelidikannya..."
"Tunggu!"
Hina dengan tiba-tiba memotong kata-kataku.
"Hn?
Ada apa Hina?" Tanyaku.
"Bukankah
sudah jelas kalau Anko pelakunya."
"Kenapa
kau berfikiran seperti itu?" Tanya Sasuke.
"Yang
dapat memasukan racun ke dalam makanan Hanabi-san hanyalah dia. Tak mungkin
kita dapat memasukan racun pada minumannya bukan?" kata Hina.
"Tidak
aku tak mungkin memasukan racun pada minuman Hyuga-sama. Bukankah Ryuzaki-sama
sendiri yang melihatku menuangkan minuman pada gelas nona dan yang lain?"
kata Anko histeris mendengar dirinya dituduh membunuh majikannya.
"Bukankah
kau bisa memasukan racun ke botol wine yang kau sajikan itu? Dan motifmu sudah
pasti membunuh semua penerus lima keluarga bangsawan bukan?" Hina
kembali memojokan Anko.
Sementara
mereka berdebat. Aku mencoba melihat botol wine tadi. Wine ini sebelum dibuka
disegel dengan sangat baik. Tak mungkin sebelum ini pernah dibuka. Lalu akupun
mengetes minuman kami semua, dan ternyata memang didalamnya tak ada racun
arsenik yang sama dengan yang digunakan untuk membunuh Hanabi. Kalau begitu...
"Hina,
tadi kau pergi keluar kan?"
"Iya,
tadi aku mengambil gelas untuk menggantikan gelas wine yang dipecahkan Anko."
"Ternyata
benar. Bukankah kau pelakunya Ryuzaki Hina?" Kataku sambil menunjuk Hina.
Semua orang terlihat terkejut dan tak percaya pada analisisku.
"Apa
maksudmu Naruto? Untuk apa aku membunuh orang yang baru pertama kali aku
temui?"
"Apakah
kau yakin kau baru pertama kali menemui Hyuga Hanabi, Ryuzaki Hina ah bukan
mulai sekarang aku harus memanggilmu Hyuga Hinata..."
"A,
apa? Dia Hyuga Hinata si anak hilang itu?" kata Karin tak percaya. Bahkan
Sasuke dan Gaara yang biasanya 'kulkas', tak dapat menyembunyikan rasa
keterkejutan mereka.
"Hah?
Itu tak mungkin. Semua keluarga Hyuga bermata putih. Selain itu untuk memasukan
racun dalam minuman Hyuga-san aku harus membawa racunnya. Sedangkan kau tahu
sendiri untuk memasukan racun ke dalam pesawat ini hampir mustahil karena
penjagaan yang ketat. Apa kau tak percaya denganku Naru?" kilah Hina.
"Kalau
begitu bisa kau jelaskan kemana perginya salah satu batu dari kalungmu?"
"I,itu
tak penting. Bukankah meskipun aku berhasil memasukan racun aku tak punya
kesempatan untuk memasukannya dalam minuman Miss Hyuga?"
"Tidak
justru kaulah yang mempunyai kesempatan terbesar." Kataku. Lalu akupun
mengambil sebuah gelas kosong.
"Anko
bisakah kau mengambil pewarna makanan merah dan air putih?"
"I,
iya." Lalu Anko pun berlari keluar ruangan. Ini adalah satu-satunya jalan
agar ia tidak tertuduh dalam pembunuhan yang.. yang mungkin tak pernah ia
bayangkan sebelumnya
"Apa
maksudmu Naruto? Seperti yang dikatakan Hina ia tak mungkin memasukan racun ke
minuman Hanabi. Apa lagi warna mata dan kepribadian Hina amat berbeda dengan
ciri-ciri yang diberikan Neji pada kita saat hari hilangnya Hyuga Hinata. Aku
tak mungkin lupa hari itu, hari pertama kalinya aku bukan bahkan kita melihat
Neji seterpuruk itu." Kata Karin.
"Sudahlah
Karin diam dan lihat saja apa yang kulakukan."
Lalu
Anko pun datang membawa barang-barang yang kuminta.
"Nah
perhatikan baik-baik. Ini adalah trik yang dipakai si pelaku untuk memasukan racun
kedalam minuman." Aku mengambil pewarna makanan dan memasukannya dalam
gelas tersebut. Hasilnya, pewarna makanan sama sekali tak terlihat akibat
tertutup tanganku. Lalu akupun memasukan air putih yang langsung tercampur
dengan pewarna makanan.
"!"
Kaget hal itulah yang ditunjukan semua orang yang ada di dalam pesawat.
"Jadi
sudah jelas. Kau pelakunya Hyuga Hinata. Lebih baik lepaskan saja topeng yang
selalu kau pakai itu." Kali ini aku yakin Hinata tak akan bisa berkelit
lagi.
"Sejak
kapan... kau mengetahui identitasku." ekspresi Hinata tak terbaca.
"Sejak
kau melamar menjadi asistenku." Kataku lirih.
"Lalu
kenapa kau menerimaku?"
"..."
Aku hanya diam mendengar pertanyaan Hinata.
"Kau
tahu? Keluarga Hyuga tak pernah menerimaku. Bahkan mereka menganggapku lebih
rendah dibandingkan Hanabi. Bukankah tadi kau bertanya kemana perginya satu
batu dari kalungku? Yah dugaanmu memang benar. Kalung terkutuk tanda lebih
rendahnya diriku ini dari Hanabi lah yang kugunakan sebagai tempat menampung racun
untuk membunuh Hanabi."
"Tanda
apa maksudmu?" Gaara kembali angkat bicara.
"Yah
tanda. Saat kami berdua, aku dan Hanabi berumur sepuluh tahun. Kami diberikan
kalung. Kalung hanabi terbuat dari intan dan kalungku ternuat dari batu. Apa
lagi yang perlu menjadi bukti yang lebih nyata bahwa aku dianggap rendah? Maka
aku bersumpah untuk menghancurkan keluarga Hyuga, bukan bahkan seluruh keluarga
bangsawan konyol ini!" Tiba-tiba Hinata melemparkan sesuatu
ketengah-tengah kami. Asap putih pun memenuhi ruangan yang menghalangi
pandangan kami.
Secepat
asap itu datang, secepat itu pula asap itu menghilang. Dan saat itu pula
semuanya sudah terlambat... Hinata telah menghilang.
OMAKE
Di
sebuah helikopter nampaklah seorang gadis berkulit putih dengan iris mata yang
berwarna senada dengan kulitnya sedang mengangkat sebuah telephone berwarna
putih.
"Halo?
Bos aku telah berhasil membunuh pewaris Hyuuga..." terdengar nada dingin
dari suaranya, yang sungguh berbeda dengan tampangnya yang tampak lembut itu.
"Bagus.
Sekarang saatnya kau menghancurkan si kepala kuning itu. Dia hampir saja
menghancurkan rencana kita."
KLIK...
Terdengar
suara telepon telah ditutup, kali ini.. wanita itu memiliki tugas dan sasaran
baru..
Namikaze
Naruto...
THE END
Kolom
curhat :
Horee…
ini fic pertama yang ku post di blog ini ^_^V
Bagi
yang merasa familiar dengan fic ini, sebenarnya Good Air dan Greed Air itu
orang yang sama jadi ini adalah fic karyaku yang karena sesuatu dan lain hal
akhirnya ku putuskan untuk memasukannya di blog ini. silahkan dinikmati ^__^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar